Senin, 22 Juni 2020

ELBION

Diposting oleh Fadila Risa di 01.29 0 komentar
Anakku.
Semoga masbi sehat selalu.
Masih ingat sekali mami, perjuangan kita berdua selama 9 bulan lebih.
Papi masbi yang harus bekerja jauh, Kota Jambi,
yang memaksa kita bekerja sama menghadapi semua situasi kondisi hamil mami.

Sampai bulan ke 8,
mami masih nyetir mobil sendiri ke kantor.
Mulai tiga bulan pertama dengan perut mual sepanjang hari,
sampai akhir bulan ke delapan,
sampai perut mami sudah sangat besar dan menyentuh stir mobil,
mami sendiri kesana kemari,
konsultasi dengan dokter pintar pilihan mami di malam hari, sebulan sekali,
agar masbi tetap sehat dan tak kurang satu hal apapun.
Pulang kerja, mami daftarkan kita ke praktek Dr. Makmur Sitepu,
makan malam ke warung dekat prakteknya,
kemudian balik lagi untuk mendengar detak jantung masbi,
dan melihat perkembangan setiap bulannya,
yang membuat mami terus mengulang-ulang rekaman yang mami ambil,
membayang-bayangkan bagaimana masbi saat lahir ke dunia nanti.

Alhamdulillah kehamilan mami bukan seperti kehamilan Ibu-Ibu lain,
yang harus di pijat suaminya setiap malam,
yang muntah parah sehabis makan,
yang harus di supirin kemana pergi,
yang di manja suaminya, dibeliin ini itu karna ngidam.
Mungkin karna masbi tau papi masbi jauh,
tapi tetap saja semuanya sangat berat dan pengorbanan yang banyak.

Sampai di bulan ke sembilan, anakku,
sudah tiga hari mami tidak bisa duduk dikarenakan tulang ekor mami sangat teramat sakit.
Akhirnya mami beranikan diri ke dokter, di antar uci.
Dr. Chowadja saat itu, yang mami pilih untuk membantu mami melahirkan masbi,
mengatakan bahwa ketuban mami sudah sedikit, 
masbi belum masuk ke panggul, karna panggul mami kecil,
dan ukuran tubuh mami pendek, sedang masbi sudah 3,7 kg di USG saat itu.
Masbi harus segera dilahirkan melalui metode caesar.
Sore itu juga,
mami kabari semuanya, papi, yangti yangkung, untuk mendoakan mami.
Papi juga langsung pesan tiket pulang besok pagi.
walaupun terkendala teknis, akhirnya pesawat papi terbang sore.
jam 6 sore papi sampai di medan, langsung ke rumah ambil mobil dan membawa koper berisi baju dan semua perlengkapan yang sudah mami siapkan sebelumnya.
Mami sudah di ruang bersalin untuk persiapan,
setelah maghrib, persiapan menuju 100%, dan pukul 20.00 operasi dimulai.

Ketakutan mami saat itu,
tidak lebih dari rasa cinta yang menggebu ingin segera bertemu masbi.
Mami masuk ruang operasi tanpa papi.
Tak lama para perawat dan dokter mempersiapkan alat,
mami duduk dan di suntikkkan tulang belakang, sedikitpun tak terasa sakit.
Padahal Ibu Cai yang lebih dulu SC bilang, suntik tulang belakang itu yang paling sakit.
Tapi itu tak terasa, anakku.
Selang beberapa menit, mami ditidurkan, dan seketika semua kebas, tanpa rasa lagi.
semua yang diruangan berdoa.

Selama operasi berlangsung,
mami muntah-muntah dan sesak nafas.
Mami tidak gugup sama sekali.
tapi ternyata efek bius ke setiap orang berbeda.
15 menit mami merasakan sakaratul maut,
tiba-tiba terdengar tangisan masbi yang begitu nyaringnya.
Secepat itu prosesnya. Kemudian di sebutkan perawat,
8 Agustus, terlahir anak laki-laki, BB 3,5 kg TB 49cm, lengkap!!
Mami adalah orang yang paaaaaaling bahagia sedunia..


ELBION

Diposting oleh Fadila Risa di 00.57 1 komentar
Alhamdulillah
Hari ini, Kamis 8 Agustus 2019
telah lahir putra pertama kami, pukul 20.30
dengan Berat Badan 3,5 kg, dan Tinggi Badan 49 cm.
Melalui persalinan C-Sectio.
Sehat. Lengkap. Sempurna.

ELBION DAMISHQUI RADITIO

Elbion.
dari Kata Albion: Pusat peradaban pertama di Inggris.
Kerajaan tertua di Inggris.
menurut Latin, Albion: Tebing putih. Tebing yang tinggi.
Harapan kami,
semoga Raja pertama di kerajaan kami, anak tertua kami, tumbuh menjadi anak yang kuat, yang kokoh, berpegang teguh, baik dalam agama, prinsipnya, maupun cintanya dengan keluarga.

Damishqui.
dari Kata Damaskus: Kota di Suriah yang berusaha di prak porandakan agar tidak berbekas.
Juga salah satu filsuf Islam: Ibn Hafis Damishqui.

Raditio.
dari Nama Bapaknya: Eky Raditio.


Kamis, 10 November 2016

Tak mengapa

Diposting oleh Fadila Risa di 02.10 0 komentar
Tak apa..

Tak perlu menjadi api untuk padamkan api.

Meski harap pernah dibunuh tanpa perasaan.

Redamlah semua dalam relung luka paling hitam.

Sampai siap saling menetap, tanpa masa lalu Yang menyisakan trauma.

Berusahalah menenangkan walau sakit tertekan.

Tertawalah keras seperti tak ada air mata mengalir deras.


R i s a -


Senin, 12 September 2016

Sesisa Usia

Diposting oleh Fadila Risa di 20.09 0 komentar
Entahlah,
Rasanya tak ada lagi kepercayaan diri inti tentang cinta sejati.
Bahkan pernikahan bukanlah jembatan kebahagiaan hidup.
Banyak sekali kegagalan-kegagalan rumah tangga, begitu mudahnya ikatan dilepaskan.
Aku takut sekali.

Siapapun kamu masa depanku,
tetaplah disini,
meski banyak hal tidak kita sepakati.
Tak kan ada hubungan tanpa perdebatan ego.

Jangan menyerah dengan keadaan apapun.
Takkan pernah habis kesabaranku mengusap punggungmu yang linu.
Meredakan omelmu ini itu.
Semoga kita mampu saling meredam, saling melengkapi kelemahan.
Seumur hidup bukan lah waktu yang singkat dan otomatis membosankan.
Tapi janganlah saling pergi.
Sesisa usia.


Sept 13rd,
Risa-


 

Celoteh Risa Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez